Rabu, 30 Juni 2010

Fifa World Cup the GazettE version~~ (author cacad)

Title: Fifa World Cup the GazettE version~~ (author cacad)
Starring: the GazettE
author: sano feat zurui
genre: ngawur
warning: kegajean saya..
rating: semua umur kok~~
Disclaimer: mereka tinggal di sebuah apartment depan rumah saya. (ngibul set: ON)

Di suatu malam kala demam fifa world cup melanda ke seantero jagad raya, mungkin ada jg sodara kita di planet nun jauh di sana yg nonton via satelit saking serunya. Malam itu Japan vs Paraguay mempertaruhkan nyawa mereka untuk masuk ke semifinal demi mencetak rekor dan mengharumkan nama bangsanya. Lalu di sanalah, di daerah Tokyo di sebuah apartment yg tak diketahui khalayak umum, tinggalah para personil the GazettE, bergembira menonton fifa world cup siaran langsung dr Cape Town.

Namun Aoi sudah pergi utk membuat lagu & Kai sudah terlelap, tersisalah Uruha dan Reita yg mencak-mencak karena sedari tadi skor msh imbang 0-0, ini seperti main-main...
Tapi yg membingungkan, knp jg ada anak kecil gembul nan tembem yg brnama Ruki? Malah tidur di samping Reita tanpa peduli siaran berlangsung.

Tiap kali para pemain bertabrakan, Reita dgn ganas mengacak-ngacak rambut Ruki atau mencubit pipi tembemnya sementara Uruha menenggak Smirnoff Black banyak", tak peduli meski sudah 2 botol ia habiskan.

Hahh.. Kasian anak tanpa dosa itu (?) dinistai semenya terus-menerus. Sampai pada puncaknya, ketika Kawashima - keeper yg dgn indahnya menabrak pemain lini belakang dar tim-nya sendiri, Reita melampiaskan amarah sekaligus nafsunya mungkin, kepada Ruki yg terlelap sambil memeluk bantal berbentuk bola. Pipi tembem itu benar-benar merah krn hujan cubitan dan Reita memagut bibirnya dgn brutal, tak peduli jika yg diinginkan Ruki hanyalah ketenangan. Uruha hanya bisa tersenyum-senyum sambil menghabiskan sisa senbei di bungkusnya.

Ketika Okazaki melompat dan menabrak pemain Paraguay, Reita malah melayangkan tangannya untuk memukul paha Ruki hingga berbunyi PLOK yang sangat keras – meninggalkan bekas merah di paha mulus miliknya yang tidak tertutupi oleh boxer-nya. Yang lebih anehnya, Ruki tak kunjung membuka matanya, apakah karena lapisan lemak itu dia menjadi kebal??? (author dicekik Ruki)

Dengan cepat stok 2 bungkus senbei menyusut, Uruha menghamburkan bungkus makanan dengan seenaknya, tak peduli meski nanti pagi ada kemungkinan dibuka dengan sapaan Ruki yang khas. Scream dengan kekuatan yang luar biasa, melebihi ukuran badannya yang ehm, chibi… pemuda itu lenggang kangkung mengambil stok kopi kaleng dan keripik kentang berukuran super besar yang baru saja dibeli Ruki petang ini.

Ya, siap-siap saja besok pagi ketika si chibi – maksud saya Ruki – membuka kulkas dan tidak menemukan keberadaan keripik kentang itu, ia akan mengambil karaoke set dengan double speaker ukuran jumbo kesayangannya dan… growl tepat di telinga Uruha, alarm yang sangat bagus ‘kan? Irit lagi! Meski dengan efek samping kuping menjadi tuli sesaat.

0-0 skor tetap berimbang meski permainan sudah berlangsung setengah jam, dan Uruha tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berhenti melontarkan komentar-komentar sotoynya. Sebelah tangannya meremas kaleng kopi selagi Reita membuat pola melingkar dengan ujung jari di atas lengan kecil Ruki, dan Ruki – membalikkan badannya dengan gusar. Reita hanya tersenyum melihat tingkah Ruki, mencoba berkonsentrasi akan pertandingan bola di layar TV, menampakkan permainan kasar yang semakin menggila dan brutal, sliding, adu body, melompat, layaknya orang yang sedang menari namun dengan koreografi yang amat sangat kacau.

“Ahou!!!” Uruha berteriak penuh emosi dan melemparkan remah keripik kentang ke layar TV sementara Reita meneguk kopi kaleng miliknya, kaleng ke 3 malam ini, cukup berfaedah untuk membuat matanya tetap melek. Tidak seperti anak kecil di sebelahnya yang makin mengeratkan pelukannya ke bantal berbentuk bola dan menghenyakkan kepalanya di sofa bed itu dengan tenang.

Lagipula kenapa juga Ruki mau tidur di antara dua orang yang sedang asyik menonton pertandingan? Apa karena sebagai uke yang baik, ia berusaha menemani semenya dalam suka maupun duka? Atau ia takut tidur sendirian di kamarnya yang gelap, dingin dan menyeramkan? Intinya, Ruki sebagai uke, mencari kehangatan dari seorang seme…? (author mulai ngawur)

“Harusnya tuh dia menendang lebih ke kanan, KANAN! Pasti nanti gol! Gimana sih??? Payah banget!” Uruha menyerocos sendiri sementara Reita hanya tertawa menyaksikan sahabatnya selama 15 tahun itu gembar-gembor tak keruan. Memangnya dia sendiri bisa menendang dengan sempurna?

Hal itu bisa saja dibuktikan saat mereka bermain futsal ketika akhir pekan bersama anak-anak Alice Nine, dan secara misterius Ruki sudah menghilang bahkan sebelum pertandingan dimulai, hingga mereka harus menyeret salah satu staff dari PSC building untuk menggenapi pemain mereka (lalu ketika pertandingan selesai, Ruki mendadak muncul dengan ajaib sambil menenteng minuman dingin untung mereka semua).

“Sabar Uru, nanti juga masuk…” Reita berkata sok bijak dengan mata tetap terpancang ke layar TV meski ternyata tangannya sudah bergerak kurang ajar ke sebelah kirinya, di mana Ruki jatuh terlelap.

“Iya juga yah,” dan Uruha percaya saja dengan perkataan Reita, meraup segenggam keripik kentang ke dalam mulutnya.

“Kali ya…” Reita melanjutkan, membuat Uruha menoleh. Mereka berdua berpandangan sebentar dengan ekspresi aneh di wajah mereka.

“Geblegh dasar!” Uruha melayangkan kaleng kopi yang masih berisi cairan hitam itu kepada Reita yang tertawa, mengelak dan ternyata…

Pletak!
“Aduh!” Ruki terbangun sambil mengusap-usap lehernya, cairan hitam itu mengalir membasahi bajunya. “Siapa nih yang melemparku dengan kopi??” ia duduk memegangi kaleng kopi itu, memandangi wajah Uruha dan Reita dengan tatapan defensif.

Uruha hanya memasang cengiran tak bersalah dan Reita berusaha menenangkan Ruki, “Eh? Mana mungkin sih ada yang mau melemparmu? Tadi Uruha tak sengaja kok, kaleng itu terlepas dari tangannya.” Ia tersenyum canggung, mata Ruki menyipit berbahaya.

“Begitukah?” mereka berdua mengangguk bersamaan. “Oke, aku mau ganti baju dulu,” Ruki menyeret langkahnya dengan malas ke kamar, mengganti bajunya dengan apa saja yang bisa ditemukan dengan cepat. Tak lama ia kembali lagi ke tempatnya semenit yang lalu, tidur di samping Reita.

Uruha tertawa setan ketika Gerardo Martino, pelatih tim nasional Paraguay mencak-mencak kepada anggotanya, lain dengan Takeshi Okada yang hanya mengatup rapat mulutnya dengan cemas. “Buahahah…” Uruha memukul-mukul lengan sofa bed itu sementara Reita hanya geleng-geleng dengan bingung.

“Wah, extra times!” Uruha buru-buru mengubah posisinya menjadi lebih serius, memelototi layar TV, namun lagi-lagi tak ada gol yang masuk ke gawang, semua meleset dan berhasil ditangkap dengan baik.

“HAH!” Reita menggebrak sandaran sofa bed di sebelahnya keras-keras saat extra times berakhir, sukses membuat Ruki terkejut. Bangun dengan wajah marah, mengambil bantalnya dan menghujani Reita dengan pukulan.

“Rei-chan!” BUGH. “Sudah aku katakan…” BUGH. “Jangan…” BUGH! “GANGGU AKU!” BLUGH. Pukulan terakhir mendarat dengan sangat keras di wajah Reita, lalu Ruki berlari meninggalkan bantal naas itu. Membanting pintu kamarnya keras-keras.

Reita terbengong-bengong sedangkan Uruha hanya menggeleng heran, tak sadar jika acara tendangan penalty itu sudah berlangsung sampai habis, hanya ada skor terakhir dan terlihat supporter tim nasional Japan menangis. “AH!!! Skornya jadi 5-3!” ia berteriak dengan kesal, sedangkan Reita menggaruk belakang kepalanya dengan bingung.

“Eh Uru, berarti Aoi kalah tuh, aku ‘kan udah pasang Paraguay…” Reita berkomentar lurus-lurus, memeluk bantal Ruki yang tergeletak tak bertuan. Memang, siang tadi Aoi dan Reita sudah bertaruh untuk fifa world cup yang disiarkan malam ini, Reita edngan cepat memasang Paraguay. Yah, Aoi-nya saja sih yang berkenan untuk menjungjung tinggi tanah airnya, jadi salahnya sendiri. XD

“Heh? Kau taruhan sama Aoi?” Uruha bertanya, menghabiskan remah keripik kentang terakhir.

“Iya, aku sih sudah yakin Paraguay yang menang…” lagi, mereka berdua bertatapan lagi.

“TEME! Kau malah tidak mendukung negaramu sendiri!” kini giliran Uruha yang menghujani Reita dengan pukulan dari bantal Ruki. Wah, ternyata bantal Ruki itu multifungsi yah~? Jadi mau beli juga~ (author bego ngga usah didengarkan)

“Hai! Stop STOP!” ia menahan bantal itu dengan satu tangan. “Kau jangan mulai berulah kekanakan seperti Ruki deh! Aku ‘kan hanya berpikir realis – AGH!” satu pukulan berat menghantam Reita, Uruha melangkahi badannya dengan santai.

“Sebodo lah! Prancis juga yang pertama kali pulang kampoeng sih!” Uruha menjulurkan lidahnya kemudian membanting pintu dengan keras, Reita hanya mendongkol jagoannya tercinta itu tergusur kembali ke kampungnya. Ekekekek… geblegh kau Rei! (author sorak sorai bergembira)

Reita berdecak, mematikan TV lalu melihat ke sekelilingnya, sampah bertebaran berkat Uruha yang rajin sekali menyampah. Bungkus senbei, bungkus keripik kentang, kotak pocky, botol Smirnoff Black, kaleng-kaleng kopi, remah biscuit, remah keripik kentang. Satu kata, JOROK!

“HEH???” Reita duduk dengan bingung di antara tumpukan sampah itu, bahkan sofa bed kesayangannya ikut terkena noda kopi dan Smirnoff Black. Sementara Ruki dan Uruha terlelap tanpa dosa, tinggalah ia berbingung dan bersusah ria di ruang TV yang acap kali berubah bentuk tak keruan itu. Ah, kasihan dikau bang…

Tak tau lah apa yg trjadi pagi nanti...

FIN


Author's note: wohohoho... saya aja nih yang cacad, membayangkan yang aneh-aneh aja~~
ini murni hanya khayalan! ngga tahu deh ada beneran atau ngga, XDD
(maaf, author gilak!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar