Sabtu, 27 November 2010

NIX [oneshot]

current music: ScReW - Gather Roses
current mood: amused

Starring: ScReW, the GazettE, 12012 (Biarkan para vocalist beraksi!)
Author: Suzuki Sano (due the 'facts that I'm Reita's sister~~ XDD)
Genre: general…? PWP. Smut!
Rating: NC – 17
Pairing: Wataru x Ruki x Byou. (tahu lah sapa yang jadi uke~~) (>w
Warning: written in Indonesian. Threesome! Smut. Smut. SMUT! NO CENSOR!
Siapkan hati dan pikiran, dan tissue dan ember~ XDD
Disclaimer: I’m owned Wataru, Byou and Ruki and never ever wanted to share them!!! =P (lies)
Summary: Kalau mereka berdua ditinggal…. kalau Wataru kembali… Hal mengejutkan apa yang bisa terjadi di rumah itu?



Wataru, Ruki dan Byou adalah ketiga kakak beradik yang tinggal di sebuah rumah di tikungan kompleks perumahan biasa. Rumah yang cukup luas, nyaman dan hangat untuk mereka tanpa adanya orangtua yang tinggal bersama.

Ya, kedua orangtua mereka telah meninggal saat umur Wataru masih berkisar 15 tahun, menyebabkan mereka bertiga harus hidup dengan keras sedari kecil. Meskipun orangtua mereka meninggalkan tabungan yang cukup dan sebuah rumah sederhana yang sekarang mereka tempati, Wataru tetap berusaha mencari pekerjaan untuk mencari uang.

Tentu saja, sebagai anak paling sulung, ia menjadi tulang punggung keluarga. Keluarga yang sekarang hanya terdiri dari dia, dan kedua adiknya yang masih kecil. Keduanya duduk di sekolah dasar dan masih terguncang akan kepergian kedua orangtua mereka yang mendadak. Diketahui bahwa orangtua mereka meninggal dalam kecelakaan kereta api ketika hendak pulang dari sebuah peresmian tempat kerja ayahnya yang baru. Tapi nasib berkata lain.

Banyak orang yang menyebut bahwa ketiga orang anak dari keluarga Miyawaki itu sangatlah beruntung. Karena pada saat kepergian kedua orangtua mereka, mereka masih berada di ruang kelas masing-masing. Tapi ketiga anak itu merasa ingin menjerit tiap kali mendengar celetukan dan pembicaraan orang-orang.

Speaker sekolah itulah yang memberitahu ketiga anak itu untuk menemui kepala sekolah. Ruki dan Byou di ruang kepala sekolah dasar dan Wataru di ruang kepala sekolah menengah atas yang baru saja ia jalani.

Satu kalimat lurus segera menghujam ulu hati Ruki. Air mata yang tak bisa dibendung itu tumpah sedangkan Byou menatap Ruki dengan nanar kemudian memeluk kakak keduanya yang bertubuh lebih kecil darinya dengan gamang. Air mata juga merebak di matanya.

Lain dengan Wataru, anak itu hanya menunduk dengan tatapan kosong. Ia menggigit bibirnya keras-keras supaya tidak menangis. Memikirkan nasibnya bersama kedua adiknya yang masih kecil-kecil. Apa yang akan terjadi dengan nasib mereka nanti?


8 tahun kemudian…

Sekarang Wataru tidak lagi mengenakan seragam SMA-nya yang kini terbengkalai di dalam kardus di sudut gudang. Ia sudah dapat berdiri tegak dan menyembunyikan luka lama dengan baik, hal yang ditiru dengan sempurna oleh kedua adiknya yang kini menginjak remaja. Ia bertumbuh menjadi pemuda yang penuh rasa tanggung jawab. Bekerja keras untuk menghidupi adik-adiknya karena tabungan ayahnya hanya cukup membiayainya mengambil program sarjana hingga ia haruslah bekerja keras untuk membiayai sekolah adiknya.

Ruki yang berusia 16 tahun sudah bisa mengangkat tegak kepalanya. Menebarkan senyum manis memesona dan aura ceria yang memancar dari figur kecilnya. Senyum yang tidak hanya ditujukan untuk kakak dan adiknya tersayang, namun juga kepada dunia yang menuntutnya untuk tampil. Tampil dalam topeng indah polesan sempurna, berusaha mengobati lukanya. Ia juga ingin bekerja paruh waktu namun kedua saudaranya melarangnya dengan keras. Adiknya, Byou segera mengambil alih pekerjaan Ruki untuk bekerja di sebuah restoran sementara Wataru membuat Ruki harus diam di rumah. Mengurus rumah tanpa perlu ikut campur tangan dalam kehidupan perekonomian mereka.

Anak bungsu bernama Byou telah memasuki jenjang sekolah yang sama dengan Ruki. Usia mereka yang hanya terbilang satu tahun membuat mereka begitu akrab. Walau umurnya baru menginjak 15 tahun, namun tinggi badannya menyusul Wataru dengan cepat, mengalahkan Ruki dengan gampang yang memang berperawakan kecil. Rahasia terbesarnya adalah; ia menyukai kakak keduanya yang manis tersebut dengan cara yang berbeda dan lebih dari sekedar kakak–adik.

Mereka bertiga hidup akur dan damai menjalani hari mereka dengan kegiatan masing-masing. Tapi ada perjanjian secara tak langsung yang dibuat sang anak sulung dan si anak bungsu. Perjanjian besar yang mengikat mereka begitu dalam dan kental melebihi hubungan saudara mereka.

Seperti yang telah mereka tahu satu sama lain. Wataru dan Byou terjebak dalam perasaan mereka sendiri-sendiri dan menjalin ikatan perjanjian secara rahasia yang tidak akan diketahui oleh anak tengah. Kecuali salah satu dari mereka berkhianat terhadap yang lainnya. Perjanjian itu sangat sederhana namun perlu pengorbanan dan ketabahan dalam menjalaninya.

Mereka hanya berjanji untuk menjaga Ruki, anak tengah yang selalu mereka sayangi dengan baik. Mereka harus menutupi perasaan mereka terhadap Ruki sewajar mungkin dan tetap melindunginya. Tapi… apa mereka berdua akan tahan?


Kali lain datang.

Wataru berkemas untuk pergi dinas ke kota lain dan meninggalkan kedua adik tersayang di rumah. Ia mengepak pakaian dan peralatan seperlunya dan menentengnya dalam sebuah tas koper dan menyelipkan tiket kereta di dalamnya.

Mereka bertiga berdiri di depan pagar rumah.

“Hati-hati di rumah ya…” Wataru menepuk bahu adik bungsunya bernama Byou lalu mengecup kening adiknya yang terpaut 7 tahun yaitu Ruki. “Kau juga hati-hati Ru…” ia tersenyum lembut selagi mengerling kepada Byou di samping Ruki.

Ruki mengangguk, “Iya! Ruki pasti akan menjaga rumah ini dan menjaga Byou-chan, Wa-nii… hati-hati di jalan ya…” Byou hanya mendengus pelan mendengar kata-kata kakak keduanya yang terkesan sangat polos lalu menatap Wataru dengan serius.

“Jangan khawatirkan aku,” nada suaranya yang datar tidak pas untuk wajahnya yang terlihat sangat bersemangat. Binar puas di matanya hanya membuat kakak tertuanya sangsi akan kata-katanya.

Wataru tersenyum lagi, kali ini sarat akan makna kepada Byou. “Kau juga, baik-baik ya Byou…” sedikit nada tajam tersirat di dalam kalimatnya yang rancu. Byou hanya mengangguk pelan sembari memeluk pundak kakak keduanya.

“Iya…aku pasti akan baik-baik saja… bersama Ru-chan~~” senyum licik menghiasi wajah Byou selagi tangannya berada di bahu Ruki. Wataru hanya bisa menghela nafas menyaksikan itu.

~†~†~†~

Di saat-saat seperti inilah Byou terperangkap dalam situasi yang membingungkan. Ingin tertawa bahagia atau sekedar meneguk ludah dan menganggapnya angin lalu?

Byou mendesis. Menyaksikan kakaknya yang mungil itu sedang menyisiri rambutnya yang basah sehabis mandi dengan jemari. Bibir Ruki yang kemerahan dan basah berikut kulit pucat susunya yang terlihat segar sehabis mandi semakin menyiksa di mata Byou.

“Eh, kau sedang apa Byou-chan?” Ruki menengadah sedikit menatap Byou yang sedang terpaku di depan kulkas yang terbuka, matanya memandangi kehadiran Ruki.

“Well… Ru-chan…” Byou menutup kulkas dengan cepat, tangannya menggenggam sebotol jus jeruk yang ingin ia minum, namun tampaknya ia sudah kehilangan selera untuk meneguk isinya. Mengingat pemandangan di depannya lebih mampu membangkitkan seleranya, tentu dari segi lain.

Ruki menggembungkan pipinya dengan sebal, ia melempar handuk basahnya ke wajah Byou, “Hehh… kau harusnya memanggilku dengan sebutan nii-san, bukan hanya Ruki atau Ru-chan! Aku kakakmu ‘kan?” ia menelengkan kepalanya sedikit saat Byou berhasil menangkap handuknya dan meletakkan botol jus itu kembali ke atas meja dapur di sampingnya.

Mata Byou berpindah-pindah dengan bingung. Bingung harus bereaksi seperti apa. “Err…” dan Ruki hanya tertawa renyah. Tawa yang selalu Byou sukai dan ingin ia dapatkan teristimewa untuknya.

Kemudian dorongan hasrat di dadanya berdentam seakan menyetirnya untuk berbuat hal lain yang tidak biasa. Sesuatu dari alam bawah sadarnya untuk menuruti nafsu.

“Ah… kau kenapa sih?” tiba-tiba saja wajah Ruki berada di depan wajah Byou dan mengamatinya dengan mata coklatnya yang besar. Pemuda itu merasa gugup sejenak namun ikut tersenyum.

Setelah menimbang dalam pikirannya, ia berujar, “Tidak ada…” dan tanpa membuang waktu ia mendorong punggung Ruki tepat ke dalam pelukannya. “Hanya ingin memeluk kakakku yang manis…” lagi, senyum nakal menghiasi wajah tampannya.

“E-eh…?” Ruki terkesiap mencoba mencerna kata-kata Byou, dan dalam sekejap pipinya memerah. Ia merasa tidak nyaman di dalam pelukan Byou. “B-Byou-chan?” sebelum Ruki sempat bertanya apa pun, Byou sudah mengepungnya dalam kekar tangannya dan mendaratkan ciuman di bibir merahnya.

Ciuman itu terasa pelan dan lembut, Ruki mendapati ada yang salah dengan Byou. Ciuman yang sangat berbeda dari biasanya. Yang biasanya hanya didaratkan di dahi atau pipi, namun sekarang bibir Byou di atas bibirnya. Sungguh sangat salah.

Ruki memejamkan mata, merasakan senyuman di bibir Byou selagi mengintimkan bibir mereka lebih lagi.

Ruki tersengal, mendorong Byou secepat mungkin untuk menarik nafas memandangnya dengan tidak percaya, wajahnya merah dan cemas akan apa yang baru ia dapat. Ciuman pertamanya, direnggut oleh saudara sekandung, lebih tepatnya oleh adiknya sendiri.

“Cuma ciuman kecil kok…” Byou tersenyum santai. Tapi tangannya tak berhenti mengusap punggung kecil Ruki. Juga tubuhnya yang tidak bergeser sedikit pun laksana menara penjaga di samping tubuh kecil Ruki.

“Ta… tapi itu ‘kan…” dan Ruki menggeleng, memilih untuk tidak menyelesaikan kata-katanya lagi dan menggigit bibir bawahnya.

Byou berhenti sejenak, “Jangan jangan itu…” lalu membelalakkan mata, “itu ciuman pertamamu ya??” dan Ruki menunduk malu di hadapan adiknya.

Di wajah tampan Byou tergurat tersenyum lembut seraya mengecup pipi kakaknya yang mulus tanpa cacat. “Ru-chan… ga suki da.” Kemudian tanpa disadari, Byou telah mencuri ciuman Ruki untuk kedua kalinya, lalu ketiga. Lalu keempat yang lebih lama daripada yang ketiga… dan yang kelima yang sangat lama sampai lidah Byou berhasil memasuki mulut Ruki. Menjilat bibir merah itu lalu dengan tidak sopannya menelusuri bibir itu seakan ingin diakuinya sendiri.

Ruki hanya mengerang, kakinya terasa lemas di pelukan Byou yang begitu kuat. Ia pun goyah dan Byou segera menangkap tubuhnya, membiarkan kaki Ruki menjuntai di satu sisi sedangkan di sisi lain ia sibuk mencumbuinya.

Kamar.

Tentu, kamar adalah tujuan Byou. Namun kamar siapa?

Kamar Wataru, yang pasti Wataru sudah bisa menebak apa yang telah dilakukan Byou di kamar itu. Meskipun ia sudah menghilangkan barang bukti kesenangan liarnya dan membersihkan tempat itu. Resiko terlalu besar.

Kamar Ruki, tidak, ia takut jika di kamar Ruki, ia malah merasa terlalu terbuai dan akhirnya tidak bisa melampiaskan perasaannya. Kamar itu terlalu bersih dan terlihat lugu sama seperti pemiliknya yang kini ia gendong dengan hati-hati.

Kamarnya, ya, itulah tujuan yang paling tepat. Di kamarnya ia bisa berbuat sesuka hati, di kamarnya ia bisa melakukan hal-hal tanpa ketahuan, dapat pula ia menemukan segala macam yang ia butuhkan untuk membersihkan hasil kesenangannya secara cepat. Dalam kata lain, kamarnya merupakan tempat paling tepat untuk memiliki tubuh kecil kakaknya dibawahnya sendiri.

Byou menyeringai lalu mendorong pintu kamarnya hingga terbuka. Meletakkan Ruki secara hati-hati di atas kasur dan cepat-cepat berbalik untuk menyalakan lampu kamar.

Di sana, di atas tempat tidur. Byou memandang Ruki yang mengatur nafasnya, masih dengan rambut yang basah, wajah yang merah dan kaus yang agak berantakan. Pandangan Byou jatuh ke boxer kakaknya. Terlalu pendek hingga paha yang mulus itu menjadi santapan yang paling menggiurkan.

Byou menjilat bibirnya perlahan. Mendekati kakak keduanya yang sedang memperbaiki posisi duduknya.

Mereka menyatukan bibir kembali dan Byou mendorong Ruki untuk kembali berbaring di atas kasurnya yang cukup luas. Jemarinya menari lincah di pinggang kakaknya, sedangkan Ruki sendiri berusaha menyentakkan Byou selagi menutup mata. Terlihar bahwa ia mulai menyukai ini.

“Hmmhh… jangan…” Ruki mendesah sensual, menggetarkan hati Byou yang haus meminta. “Ahh Byou-chan…” ia mengerang saat Byou menjalankan jemarinya ke pahanya, saat Byou mengecup rahang bawahnya dan lehernya.

Byou terus turun dan menggigit di leher, di bahu yang sepucat susu, di tulang selangka dan Ruki terus mendesah, tangannya gemetar dan tak kuat untuk menahan Byou untuk berhenti. Lagipula tubuhnya tak ingin menghentikan Byou. Rasanya satu sentuhan dari Byou telah cukup membangkitkan seluruh syaraf di tubuh Ruki dan meminta sentuhan selanjutnya, selanjutnya dan selanjutnya… dan Byou, sanggup melakukannya.

Byou memegangi kedua tangan kakaknya di atas kepalanya dan mulai membuka kausnya. Ia menarik dan menyentak dengan cepat hingga terbuka sepenuhnya. Memperlihatkan tubuh mulus yang selalu ia idamkan sejak kecil. Sejak mereka masih sering mandi bersama selepas sekolah dasar.

Kakaknya itu hanya merona dan merasakan sesuatu di selangkangan Byou mengeras dan mengusiknya. “Byou-chan… tolong…” Ruki memberi pandangan meminta yang mengendalikannya begitu besar juga kuat. Sebentar saja Byou sudah tidak lagi mengenakan kemejanya dan Ruki memalingkan wajahnya ke tempat lain untuk menyembunyikan rona pipinya yang semakin membara.

Byou tertawa, ia menyelipkan tangannya ke bawah tubuh Ruki dan mulai menciumi dadanya. Kelembutan yang ia rasa membuat selangkangannya menjadi semakin tidak nyaman selama ia menggesekkannya dengan milik kakaknya sendiri.

“Byou-chan…ahh…” ia mengusap daun telinga Ruki sementara mulutnya sibuk dengan puting Ruki, menggoda untuk dijilat dan disesap. Buktinya Byou menyesap dan melumat keduanya penuh nafsu. Lain dengan tangan lainnya yang mengeratkan pegangan di pergelangan tangan Ruki, menjaganya agar tidak memberontak.

Jantung Ruki berdetak kencang seperti ingin meledak dan keringat menetes di pelipisnya. Berbeda sekali dengan Byou yang tetap tenang dan membuka boxer Ruki perlahan sampai sebatas ia bisa melihat pinggul kakaknya yang kecil dan mengusik bagian disana.

Terdengarlah Ruki yang melenguh dengan keras saat Byou menurunkan boxer miliknya yang tergeletak di lantai dan memainkan lidahnya di sekitar lubang masuk milik Ruki.

Seketika Ruki merinding dan menggelinjang, tubuhnya susah untuk dikendalikan dan lidahnya terpeleset begitu jauh. “Ahh Byou-chan… te… teruskan…” dan Ruki siap untuk meleleh di bawah sentuhan Byou yang berbahaya juga mematikan dan membuatnya terus meminta.

Tubuh mereka bergetar dalam hasrat yang menginginkan satu sama lain.

Benda yang sedari tadi mengeras dan tak nyaman itu keluar dari persembunyiannya. Mata Ruki membesar saat melihatnya dan mulai gugup. Melihat itu Byou tersenyum, ia beranjak ke nakas dan mengambil satu buah tube berisikan lube yang biasa ia simpan untuk masturbasi sambil membayangkan Ruki yang melakukannya bersamanya. Namun tidak, sekarang Ruki benar-benar nyata di sampingnya dan ia tidak perlu lagi melakukan masturbasi.

Jadi ia tersenyum sedikit dan kembali pada kakaknya yang menunggu dengan cemas juga takut. Ia melihat kakaknya dengan wajah manis dan menggoda meremas selimut di dekatnya, menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut tersebut. Mau tidak mau pikiran liar lain datang di kepalanya.

Tangannya dengan cepat menemukan ponsel miliknya yang berwarna hitam dan duduk mengangkangi Ruki. “Eh?” Ruki terkejut dan membuka bibirnya untuk bicara namun kamera itu lebih cepat dan blitz langsung menghilang secepat datangnya.

“Dapat…” Byou tersenyum lebar sambil menyimpan foto Ruki dan bersiap mengambil gambar yang lain.

Wajah Ruki langsung pasi, “E… Byou-chan? Apa yang kau lakukan??!” Ruki berusaha bangun untuk meraih ponsel itu. Namun Byou kembali mendorongnya ke ranjang sambil mencengkram kedua pergelangan tangannya dan memberikannya ciuman dengan cepat. Sekali lagi blitz menghujani tubuh Ruki yang setengah telanjang dengan pose-nya yang diborgol oleh tangan Byou.

“Dapat lagi~” dan ia kembali menyimpan gambar itu lalu meletakkan ponselnya di meja dekat tempat tidur.

“Byou-chan! Kau sudah tak waras ya?? Untuk apa memotretku dalam keadaan begini?” Mata Ruki berkaca-kaca seakan ingin menangis.

Menyaksikan itu Byou hanya mengela nafas lalu kembali kegiatannya, “Sshh… jangan menangis…” ia memijat perut Ruki pelan sementara mencium pipi Ruki dan menghisap bulir air mata yang berderai.

“Ja… jangan beritahu kepada siapa pun foto itu Byou-chan…” ia menggeleng dengan takut, tak bisa memberontak saat Byou menyentuh bagian-bagian sensitifnya lambat dan penuh penghayatan.

Adiknya itu tersenyum penuh pengertian dan memberi kecupan untuk menenangkan, “tentu saja itu tidak akan terjadi, Ru-niichan…” ia berbisik di telinga kakaknya dan merengkuh tubuh kecilnya ke dalam dekapannya.

Tubuh itu bergetar dan terasa hangat menyenangkan, Byou tertawa. Tertawa karena kakak yang sangat ia cintai kini ada di pelukannya. Pasrah menantinya melakukan sesuatu untuk menjamahnya. Mendobrak gambaran keluguan yang selalu diinterpretasikan kakak sulungnya dengan hati-hati. Mengubah aturan-aturan tabu yang selalu membayangi langkah, begitu juga hatinya yang galau untuk menyentuh kakaknya. Untuk mengenal tubuh indah itu lebih jauh.

Tangan terampil Byou mengeluarkan cairan bening dari tube dan memoleskannya di alat vitalnya sendiri. Lamat-lamat ia menatap mata coklat Ruki yang terlihat cemerlang dan polos. Tangannya tak berhenti di situ saja, setelah selesai melakukan pada diri sendiri, ia menyentuh bibir merah basah Ruki dengan dua jarinya.

Mengusap lembut, membuat kakaknya membuka celah bibirnya sedikit. “Jilat ini…” dan Ruki sebagai anak penurut, patuh di bawah perintah adiknya. Menjilati jemari ramping Byou dengan pelan dan bernafsu. Byou mengerang, menggesekkan miliknya ke bibir lubang milik Ruki yang mengetat dengan bergairah.

Setelah dirasa cukup, ia menarik jemarinya dari bibir indah itu dan meletakkannya dengan hati-hati. Memberikan dorongan sentripetal perlahan, memaksa Ruki mengeluarkan desahan tak terkendali dan memacu adrenalin mereka berdua.

Gerakan pelan dari satu jari bertambah cepat dengan kedua jari, napas Ruki memburu dan Byou menghisap bagian bagian dari tubuh indah di bawahnya dengan cepat. Pegangan tangannya tak lagi membelenggu Ruki, bahkan sekarang kakaknya itu menarik Byou untuk berciuman sementara sebelahnya mencengkram sprei erat-erat.

Ia menarik jemarinya keluar, kakaknya terengah sedikit dan menunggu hal lain datang. Byou memasukkan miliknya yang licin dengan sangat hati-hati ke dalam Ruki selagi ia melumat bibir itu.

Suara desahan terdengar dilanjutkan dengan sedikit air mata, terlebih saat Byou bergerak dalam irama perlahan. “Ahh… sakit… Byou-chan…” Ruki merasakan bagian bawah tubuhnya terasa ganjil dan terbakar, sakit.

Byou lagi-lagi mengukir senyum penuh pengertian selagi menyaksikan wajah malaikat kakaknya yang merintih di bawah badannya. Terlihat sangat seksi dan semakin membangkitkan gejolak di dadanya saat Ruki meronta, mengeluarkan desau-desau yang sangat ingin ia dengar. “Shh… jangan menangis…” ulangnya lagi seraya memasukkan dan memberikan gaya dorong yang lebih kuat.

“Aaakh!!!” Ruki menjerit kesakitan saat Byou menyentuh bagian tersembunyi di dalam tubuhnya. Mengirimkan sensasi mengejutkan.

Ruki terengah lagi, Byou masih berkonsentrasi dengannya dan menggigit lehernya pelan. “Kyaah! Byou…” tatapan memohonnya memberikan kekuatan untuk Byou melajukan gerakan pinggangnya tanpa ampun.

Hal ini dilanjutkan dengan jeritan-jeritan Ruki yang tak terkendali merasakan Byou menusuknya sekuat tenaga. Namun tak berapa lama ia menerima perasaan baru yang membuatnya semakin penasaran. Membuatnya ingin merasakan milik Byou bergerak membuncah di dalam tubuhnya. Menyentuh Ruki berkali-kali, tepat ke area yang mampu membuat Ruki bertingkah semakin liar dan nakal.

“Ahh… lagi Byou…” ia menggigit bibirnya sendiri, peluh membasahi bantal dan sprei yang menjadi alas mereka.

Ia tidak mengerti kenapa ia menjadi lepas kendali seperti ini dan menginginkan Byou lebih lama menjamahnya. Lagipula Byou menuruti Ruki dengan senang hati. Menambahkan kekuatannya dan menyentuh Ruki lagi dan lagi dengan kecepatan tinggi yang menyeramkan.

“Ahh ahhh… Byou-chan… pelan-pelan…” Ruki meminta namun itu membuat Byou semakin bergairah dan Ruki mengeluarkan erangan nikmat.

BRUK…

Mereka berdua berhenti. Menengok ke arah suara itu berasal.

Di sana, di ambang pintu.

Wataru.

Ruki tersedak, posisinya yang melorot di atas tempat tidur menyulitkannya untuk berbicara, “Wa… Wa-niichan…?” sementara Byou tercengang menyaksikan kemunculan Wataru tanpa diundang secara ajaib.

“Jadi…” Wataru menggertakkan giginya pelan, kopernya tergeletak tak digubris di lantai. Mengamati ekspresi kedua adiknya dalam posisi sedang bercinta. “Inikah yang kau lakukan?” ia berdesis.

Byou membalas tatapan Wataru dengan sikap menantang. “Ya? Mau bergabung? Wataru-niisan…?” ia tersenyum lembut dan memulai gerakannya lagi.

“Kyaah!!!” Ruki menjerit terkaget. Bingung dengan Byou yang tetap bergerak di dalamnya, wajah serius Byou dan Wataru membuatnya takut setengah mati.

Wataru tersenyum miris, “baru saja kutinggalkan dua belas jam yang lalu, tapi kau sudah berani melakukan hal ini…” menggeleng kecewa terhadap adik bungsunya yang kurang ajar. Tapi tak bisa dipungkiri menonton mereka membuat benda di dalam celananya menegang dan membesar.

Byou tertawa kejam, mengecup bibir basah Ruki dan menatap Wataru lagi. “Kau berminat, Wataru-niisan?” ia kembali mengajak, melirik kepada wajah shock Ruki yang kian merah menghadapi situasi memalukan ini.

Tanpa diminta lagi, Wataru melepas jaketnya dan menyentuh pipi chubby Ruki dengan lembut. Mengucapkan kalimat pengakuan di depan bibirnya yang bergetar, “Aishiteru…” bibir itu mendarat, menggigit-gigit dan membuka bibir Ruki. Mendorong lidahnya untuk masuk lebih lagi dan lincah menari di dalam mulut Ruki. Pemuda manis itu memejamkan mata menikmati ciuman basah yang baru dimulai, lalu Wataru melepaskan ciumannya, menatap Ruki lekat-lekat. Serasa ingin melahap adiknya dan menikmati tubuh indah itu untuk dirinya sendiri.

Tapi…

“Akh!” erangan itu mengagetkan Wataru, sejenak ia hampir lupa jika adik bungsunya ada di sana, dan sedang melakukan hal yang sangat ia inginkan. “Byou-chan! Aahh…” tawa sarkastik Byou menjawab.

Wataru menghela nafas dengan tegang, jemarinya lalu membuka kancing celana dan menurunkan resleting jeansnya juga kemeja lengan panjangnya. Ia mengangkat dagu Ruki perlahan dan meminta Ruki menghisap miliknya secara tak langsung.

Mata Ruki membelalak dengan ragu, namun ia memegang pinggang Wataru dan mengusap miliknya pelan, mengirimkan getar yang memacu Wataru untuk membesar lebih lagi ke ukuran maksimalnya. Jemarinya dikecup dan dijilat pelan oleh Ruki, sebelum akhirnya Ruki menjilati alat vitalnya yang gelisah menunggu. Tangan Ruki memijat pelan – Wataru mengerang tak sabar – ia memasukkan milik Wataru ke dalam mulutnya pelan-pelan. Bibir cantik yang semula ragu kini sibuk mengulum dan menyesap seakan mengulum lollipop terenak yang pernah ia rasakan.

“Yeah… teruskan…” Wataru menangkap dan memegang kepala Ruki untuk tetap menyesapnya sambil ia menggerakkan maju mundur di dalam mulut indah Ruki. Saat yang bersamaan Byou menggerakkan pinggulnya dan menusuk Ruki di area yang sama berkali-kali.

Ruki mengerang, Wataru mendesah dan Byou menggigit bibirnya sendiri dalam kenikmatan. Mereka bertiga bergerak dan saling menyentuh menciptakan melodi-melodi indah yang membuai mereka dalam nafas terlarang.

Orgasme Byou datang, ia menyemburkan cairan miliknya di dalam tubuh indah kakaknya dan Ruki mengambil nafas terburu-buru, merasakan dindingnya basah hingga paha bagian dalamnya. Nafas Wataru juga memburu dan cairannya keluar, ia memaksa Ruki menghisap dan menelan semuanya tanpa melewatkan satu tetes pun.

Baru kali ini mereka berdua melihat orang yang paling mereka cintai menampakkan sisi lainnya yang menggoda dan bergairah seperti ini. Ruki kecil yang polos kini mempersilakan dirinya untuk diperlakukan seperti apa pun oleh mereka. Pasrah di bawah tangan-tangan kuat yang ingin selalu menjamahnya.

Wataru menatap Byou penuh arti. Byou segera mengangguk dan perlahan menarik dirinya keluar dari tubuh mungil Ruki. Ia menggeser posisi duduknya, dan Wataru dengan senang hati menggantikan posisinya. Di antara kedua paha mulus Ruki yang terbuka, Wataru setengah terduduk, menjilati bagiamn dalam yang masih lembap dengan sisa-sisa sperma Byou dengan penuh nafsu.

“Wa-nii…chan…” rasanya Ruki tak ada kesempatan untuk mengambil nafas panjang. Baru saja Byou melepasnya, kini sudah dimasuki oleh Wataru dan kali ini lebih kasar dan terlalu menyiksa.

Pria itu bergerak dan miliknya menegang kembali dengan cepat, menelusuri Ruki penuh minat. Mata coklatnya yang tajam menatap pemandangan di depannya, terpesona. Ruki di bawahnya, dengan mata setengah tertutup, bibir merah yang basah terbuka sedikit, bahunya berguncang sedikit saat Wataru menambah lajunya.

Byou berjengit melihat Wataru begitu menikmati, suara engahan Ruki membimbing-nya untuk kembali memacu libidonya. Mengusap bahu Ruki pelan, mengubah posisi Ruki menjadi setengah duduk, memberikan isyarat kepada Wataru untuk mengangkat pinggang ramping Ruki.

Lengan-lengan kuat menopang tubuh kecil Ruki, mendudukkannya dengan hati-hati. Wataru melepasnya, digantikan kembali dengan Byou yang memacunya lagi dengan liar. Mengakibatkan Ruki mencari pegangan tanpa melihat untuk tetap tegak.

Sebentar ia menyesuaikan dengan gerakan Byou, tapi Wataru segera menggantikan tempatnya. Bergiliran tubuh Ruki disentak dan dimasuki berulang kali oleh kedua saudaranya yang tak terkontrol. Entah nafsu gila apa yang merangsang mereka untuk tetap melakukannya terhadap tubuh mungil yang terus mendesah, mengaduh dan mengerang saat mereka bergerak bergantian sementara peluh keluar mengilapkan tubuh-tubuh indah mereka.

Gerakan mereka yang memanas dan tak bisa diterima akal sehat memuncak. Di luar nalar Wataru dan Byou memacu tubuh Ruki untuk tetap diam dan menerima tusukan-tusukan sadis mereka. “Sss… sakit… sakit…” air mata berlinang di pipi Ruki, tubuhnya tak kuat menerima milik kedua saudaranya bergantian memasuki dan menusuknya tanpa henti.

Detik berikutnya Wataru menatap Byou, begitu pula sebaliknya. Mendengar Ruki mengerang dan mengeluh menghantarkan rangsang ke syaraf-syaraf mereka dan memompa cairan mereka lebih lagi hingga keluar di dalam tubuh Ruki. Milik Ruki sendiri mengeluarkannya di saat bersamaan. Mereka keluar sambil menyaringkan suara mereka hingga bisa terdengar di seluruh ruangan di rumah mereka yang sederhana.

Baik Byou maupun Wataru jatuh terduduk di ranjang, merasa letih dan puas. Mereka saling melempar pandang dan tertawa kecil sementara Ruki mengatur nafasnya yang berat memburu. “Ka… kalian… tega…” Ruki meraih selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya yang basah.

Mereka berdua menoleh ke pemuda di tengah mereka, “A… apa?” mereka bertanya bersamaan, perasaan bersalah merayap pelan menggerogoti hati mereka. Melihat Ruki dengan mata merah sehabis menangis dan rapuh dengan bibirnya yang bergetar.

Wataru tercekat dan otomatis merangkul tubuh Ruki ke sisinya meski wajahnya masih menghadap Byou selagi ia tersedu. “Sakit… aku baru pertama kali… sakit…” ia terbatuk sedikit sementara di hadapannya Byou menatap cemas.

“Maaf… maaf Ru…” dengan canggung Byou meluncurkan kata maaf sembari mengusap air mata Ruki.

“Maaf Ru-chan,” dari belakang Wataru mengecup leher adiknya yang penuh dengan tanda merah dan mengusap lengan ramping Ruki untuk menenangkannya.

Malam itu mereka bertiga telah melintasi batas yang disebut saudara sedarah. Menjadikan sesuatu bergerak tidak pada tempatnya. Menjadikan sesuatu yang sangat salah menjadi terlewat jauh untuk diperbaiki.

When do you say that you love me?
When do you say that you need me?
Let me tell you about the fact,
The unbearable fact I was about to share…
Let me show you my magic,
Those are will lead your heart to me…


FIN…?

Author’s Note: ahahah… please don’t kill me!!!!!!! XDDD
Jangan terlalu terpaku sama judul karena saya asal saja mencantumkannya (tipikal author bego)… dan jangan tanyakan kenapa saya bisa buat adegan yang begini dengan bahasa Indonesia pula!

Ayo ayo silakan dikomentari dan dikritik yang pedas (rujak kali) bagi yang sudah baca tentunya~~
Kemungkinan bisa ada chapter lanjutan… mungkin… XP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar