Minggu, 23 Januari 2011

Status (One-shot – Suke’s Birthday Fic)

Title: Status (One-shot – Suke’s Birthday Fic)
Starring: Deluhi
Author: xellonich a.k.a Yuuji Sano
Pairing: Sujk x OFC. slight Juri x Leda.
Rating: PG
Genre: drama. romance. fluff
Warning: fluff especially for the birthday girl~
Disclaimer: Iya, Sujk punya Suke deh… (hari ini)
Music: Deluhi – Vivid Place


~†~†~†~

Satu kali masih dianggap biasa.

Dua kali masih bisa dianggap kebetulan.

Tiga kali? Itu bukanlah hal yang bisa ditolerir.

Itu bukan hal yang bisa dianggap sebagai kebetulan, tapi menjadi kebiasaan dan lama-lama akan menjadi hobi. Hobi yang agaknya mengganggu di matanya.

“Hai,” pemuda berambut coklat gelap sewarna kayu basah itu menyapanya. Membuat gadis itu terpana bersama temannya di meja café. Teman di sebelahnya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang sudah kepalang malu.

“Ha-hai…” gadis itu balik menyapanya dengan tergagap, merasa kaget telah tertangkap basah mencuri lihat kepadanya. Sudah menjadi suatu kebiasaan ia menengok kepada wajah pemuda tampan itu hanya sekedar untuk memuaskan hasrat ingin bertemu. Bertemu secara tak langsung dari jarak jauh.

“Aku Sujk, dan kau?” tanyanya.

 Gadis itu lagi-lagi terkaget dan bingung menjawab, terbata-bata menyebutkan namanya. “Nama…namaku? Oh! Namaku, Suke…” jawabnya sembari membungkuk sedikit disambut pula oleh pemuda itu dengan ikut membungkuk.

Mereka larut dalam dunia mereka sementara teman disebelahnya itu sadar diri, menyingkir perlahan dari tempat itu dengan senyum pahit menggelantung.

Status mereka saat ini: Kenalan.

‘Sudahlah,’ pikir gadis berambut pendek itu seraya keluar dari café dan berlari dengan cepat menuju halte bus di ujung jalan. Kehadirannya di sana tampaknya akan mengganggu.

Kemudian angin menyitir, suasana tak lagi bisa disetir. Pemuda itu dan gadis tersebut telah tertawa-tawa senang bersama. Larut akan obrolan mereka yang sudah menjalar ke mana-mana. Membicarakan hal-hal yang kurang penting namuntetap dibahas demi menjadi bahan obrolan sekedar mencairkan suasana.

Suke, gadis berambut panjang itu mempermainkan ujung rambutnya dengan gugup ketika seringkali sang pemuda menatap matanya dengan pandangan aneh. Bukan, bukan pandangan yang seperti berandalan ketika melihat seornag gadis dalam niat buruk, tapi dengan pandangan sendu. Arti yang rancu dan membuatnya salah tingkah.

Memang bukan rahasia jika ia menjadi sangat keranjingan datang ke café itu tiap hari Rabu. Di saat pemuda yang kini ada di depannya selalu memainkan instrument kesayangannya. Tenggelam dalam melodi bass drum dan hentakan-hentakan teratur seperti detak jantungnya sampai ketika melodi meninggi melepas rantaian jiwanya. Lepas kendali dalam memainkan laju-laju emosinya untuk menyelaraskan nadanya dalam petikan gitar dan bass bersama vokal.

Tiap hari Rabu pula ia akan memesan smoothie berry dan cheesecake untuk mengisi perutnya yang meronta setelah hampir lupa diisi karena ia terlalu sibuk. Melahapnya dalam diam sementara penampilan band di depannya membuatnya tak bisa berkedip. Tak ingin melewatkan tiap gerakan indah dari pemuda di depannya.

Bukan, bukan sang vocalist dengan rambut peraknya dan suara tenor yang menyenangkan untuk didengar yang membuatnya tak ingin berkedip. Memang, ia mengakui sang vocalist yang kemudian hari ia tahu namanya adalah Juri selalu tampil dengan suara memukau dan membius para penontonnya. Wajah tampan dan tegasnya membuat penonton lain terpesona dan berseru-seru dengan histeris.

Bukan, bukan kepada sang bassist yang terlihat diam namun memiliki senyum yang sangat manis. Meski ia sering dilihat sebagai sosok ‘menyeramkan’ dengan dandanan panggungnya. Dalam balutan natural make-up dan baju kasual ia terlihat cukup tampan dan bisa diakui, manis. Aggy adalah namanya, dan bass kesayangannya telah menjadi salah satu bagian dari jiwanya.

Bukan, bukan pula dengan sang guitarist. Yang satu-satunya menjadi guitarist bernama Leda dalam balutan pakaian minim yang menampakkan lengan ramping mulusnya dan terkadang pada bagian perut dan pahanya. Membuat ia sering kali disangka seorang wanita karena wajahnya sangat cantik dan sempurna dalam polesan maupun tanpa make-up. Keahliannya dalam menjaga dan mengatur notasinya begitu natural dan sempurna.

Tapi ia, yang selama ini tersembunyi di antara perangkat berat. Menggebuk dengan sepenuh jiwanya. Menghentak dan melarikan tangannya dalam ritme bersesuaian dengan suara lainnya. Menyamakan dan menghiasi, menambah improvisasi sesuka hati. Dalam semangat ia berkonsentrasi hanya untuk nada yang ia hasilkan–yang mereka hasilkan. Agaknya ia bahkan lupa dengan orang di sekelilingnya.

Begitulah dunianya.

Begitulah kesukaannya.

Genggaman tangan Sujk semakin erat sejak hari itu.

Sejak itu pulalah Suke jadi semakin sering datang ke café tersebut. Ia tak lagi peduli jika ia ditemani, jika temannya sempat menemaninya atau tidak. Yang penting ia bisa datang ke café itu. Ke tempat di mana semuanya bermula. Tempat untuk ‘cuci mata’ hingga pada akhirnya ia bisa mewujudkan angannya.

Semakin hari pemuda itu semakin mempesona dengan aurnya. Aura menenangkan yang sangat berbeda dengan aura di panggung.

Kepribadiannya yang ternyata begitu tulus dan perhatian.

Kita teman ‘kan?

Kita masih teman ‘kan?

Berkali-kali Suke melontarkan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri. Senyum mengambang di wajah manisnya selagi terus mengulang gambaran-gambaran sempurna dari wajah Sujk. Mengulang gambaran-gambaran tingkah sopannya yang selalu membuat ia tak bisa berhenti mengalihkan pikirannya hingga harus menelan sendiri pertanyaannya yang ternyata ia pikir masih cukup menggelikan.

Suke mengerling pada guitarist cantik yang duduk manis di ujung meja café sebelah sana. Ia memperhatikan gerak-gerik Leda dalam mengaduk minumannya yang menurutnya terlalu seperti gadis baru kasmaran. Suke tertawa kecil dan tetap memperhatikan Leda yang salah tingkah ketika Juri datang dengan membawa sebuket bunga kasumi dan anemone.

Namun ia diam saat melihat Juri menempelkan bibirnya di bibir merah Leda yang langsung memejamkan mata dengan wajah merah. Wajahnya sendiri menjadi sangat merah melihatnya.

‘Mungkin… aku bisa begitu bersama Sujk, nanti…’ pikir Suke dengan senyum malu. Ia segera menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu.

~†~†~†~

Monokrom dalam lagu berwarna.

Tak sebanding indahnya meski dicoba untuk diuraikan.

Itulah kira-kira makna dari perlakuan Sujk kepadanya.

Status mereka saat ini: Teman dekat.

Ketika ia tertawa, Sujk akan tertawa bersamanya. Ketika ia kesulitan, Sujk akan berusaha membantunya. Ketika ia sedih, Sujk akan mengangsurkan sebatang coklat pahit-manis yang pas di lidah.

Meleleh dengan menenangkan hingga mengusir rasa sedih juga takutnya akan hari esok.

“Coklat adalah hal paling manis untuk membuat hati hambar menjadi nyaman,” katanya dengan senyum baik hati terulas di wajahnya.

Lebih sukses membuatnya merasa sangat nyaman dan meleleh dibanding kepingan coklat yang ia berusaha telan. Ia tahu wajahnya pasti sangat merah sekarang. Maka ia menunduk menyembunyikan wajahnya yang merah.

Dirinya begitu beruntung untuk mendapatkan perhatian dari idola para gadis yang begitu sering berdatangan ke café. Para gadis yang berdatangan demi menonton konser kecil mereka. Band yang sudah menjadi idola banyak orang karena lagu mereka dengan tema yang unik.

Suke menarik nafas panjang.

Rasanya ia masih belum bisa percaya ia menjadi sangat beruntung melihat drummer bertubuh jangkung itu duduk di sebelahnya dan memberikan perhatian-perhatian kecil.

~†~†~†~

Mungkin jika Sujk mau menunjukkan wajah tampannya lagi diperuntukkan khusus untuknya, Suke akan sangat sangat berterimakasih pada Tuhan. Jika saja Sujk mau datang, Suke tak akan meminta hal lain untuk hadiah ulang tahunnya.

Ia menghela nafas.

Suke tertawa kecil membayangkan apa yang akan Sujk lakukan untuk ulang tahunnya. Karena seminggu ini Sujk terlihat menghindar darinya. Terlihat tak terlalu peduli kepadanya saat ia datang ke café.

Sedih hatinya melihat pemuda itu hanya tersenyum sekilas dan duduk di sebelahnya hanya sebentar akhir-akhir ini. Seakan Sujk ingin menjauh darinya. Ingin membuat pagar untuk dirinya sendiri.

Tapi dibalik pikiran negative tersebut, terbesit pikiran lain yang terasa manis di dalam angan Suke.

Apakah hal ini terjadi karena Sujk menyiapkan sesuatu untuknya?

Tapi haruskah seperti itu?

Haruskah begitu lama?

Rasanya Suke ingin tersenyum sekali lagi menantikan apa kejutan manis dari ‘teman baiknya’ itu.

“Suke, kamu kenapa tersenyum-senyum begitu?” tanya salah seorang temannya yang sejak tadi menjadi saksi jika teman satu jurusannya tak pernah capek dalam tersenyum.

Suke hanya menggeleng, “Tidak ada apa-apa ko, Sakkun, aku hanya sedang berpikir saja…” anak perempuan yang dipanggil ‘Sakkun’ itu hanya tertawa.

“Memikirkan siapa coba?” tanya ia sedikit menggoda kepada temannya yang dikenal sangat pemalu.

Belum juga Suke membuka mulut, seorang pemuda dengan pakaian berwarna hitam datang menghampirinya. Sedikit gugup sambil menggigit-gigit bibir bawahnya yang ber-piercing.

Ia menunduk sebentar sebelum memandang Suke yang jauh lebih pendek daripadanya dengan senyum ragu. Tangannya yang ada di belakang punggungnya meremas buket yang barusaja ia beli di pertigaan jalan.

“Selamat ulang tahun, Suke…” ucapnya lembut.

Suke tak tahu apa yang telah terjadi saat Sujk memberikan kecupan hangat di pipinya. Mengulurkan tangannya yang berisikan bunga lili putih yang cantik. “Te-terimakasih… Sujk…” Suke berujar dengan rona merah di pipinya.

Sujk mengusap rambut panjang Suke perlahan. “Aku memilih bunga ini karena kupikir bunga ini cantik sepertimu… sewaktu aku melihatnya, aku mengingat wajahmu,” pujinya begitu tulus.

Tambahlah Suke salah tingkah sementara temannya itu menyingkir lagi dan menjauh sambil tersenyum-senyum sendiri.

Suke menunduk lagi dan pemuda itu balas tersenyum.

“Maukah kau jadi orang yang setia mendengarkanku dalam keadaan apa pun juga?” ujar pemuda itu. Nadanya yang lembut dan dalam menyitir halus perasaannya, menyentuh perasaan Suke hingga gadis tersebut tak lagi bisa menahan tangisnya.

“Ya… ya… aku mau Sujk…” jawabnya cepat seraya mengalungkan lengannya ke leher Sujk, menangis dalam haru dan bahagia tak terkira.

Status mereka saat ini: …?


~End of Story~


A/N: gomen ne jadi aneh… saya jadi kurang bisa mendeskripsikannya karena sempat terhapus… (TT__TT)
Tapi ini khusus untuk Sujk-chii Ryosuke Deluhism, happy birthday Suke! XDD
…dan maaf untuk penggemar Sujk lainnya… (kabur sebelum disate rame-rame)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar